Wah, lama engga update blog..engga sempet (so sibuk, tapi emang iya sih..)
Maklum, sekarang saya menyandang status sebagai mahasiswi tingkat akhir disemester yang (insyaallah,,) harus jadi yang terakhir juga. Sebagai mahasiswi tingkat akhir, sekarang saya sedang (dipaksa) senang-senangnya ber'main' dengan yang namanya skripsi dan praktek lapangan, karena saya kuliah di jurusan pendidikan matematika, maka jadilah praktek lapangan saya bentuknya mengajar di sekolah, namanya PPL atau Program Praktek Lapangan.
PPL ini akan berlangsung selama 4 bulan, dan sekarang sudah akan memasuki bulan ke tiga. Jujur ya, awalnya berat banget buat ikut PPL ini, engga kebayang gimana rasanya harus ngajar di depan anak-anak yang jumlahnya kurang lebih 40 orang, berusaha jadi pusat perhatian mereka, dan yang bikin bebannya adalah entah gimana caranya membuat mereka mengerti dan memahami materi pelajaran yang kita sampaikan.
Oh God, narik perhatian anak satu aja susahnya bukan main (pengalaman ngajar privat) gimana ini 40 orang? dan satu lagi (engga penting sih) 4 bulan dipanggil dengan sebutan ibu guru,,engga pernah terpikir sebelumnya..
But, ternyata setelah hampir 2 bulan dijalani, engga seburuk yang dibayangkan..saya banyak dapat pelajaran dan pengalaman yang berharga dan belum pernah saya dapatkan dalam perkuliahan di kampus.
Melalui kegiatan PPL ini, saya jadi mengenal bagaimana kehidupan sekolah sebenarnya, belajar sosialisasi dengan banyak orang dari mulai yang usianya jauh lebih muda, sebaya, sampai dengan yang jauh lebih tua. Belajar jadi pribadi yang lebih disiplin, santun dan harus selalu punya self control yang baik, penting loh karena sebagai guru, harus bisa jadi panutan buat muridnya :D.
Dua bulan dijalani, sepertinya saya sudah mulai jatuh cinta dengan profesi sebagai guru ini (walaupun baru calon..hehe) dan sudah terbiasa dan mulai menikmati menyandang panggilan 'ibu guru'.
Saya jatuh cinta dengan profesi ini, karena sekarang saya sadar betapa besar jasa dan peran seorang guru, tanggung jawab dan tantangannya pun sama besarnya, tapi kadang luput dari perhatian dan minim apresiasi. Saya kadang suka agak kesal kalau ada orang yang dengan enaknya bilang kalau jadi guru itu gampang, semua orang juga bisa jadi guru yang mengajar di kelas, cukup datang tiap pagi, masuk kelas, terangin materi dikit, kasih tugas, beres. Ya, mungkin semua orang bisa mengajar dan menyampaikan materi pelajaran di kelas, tapi tugas seorang guru tidak hanya mengajar dan sekedar menyampaikan materi pelajaran, atau memberi tugas, tapi tugas seorang guru yang lebih berat yaitu mendidik murid-muridnya, yang tidak semua orang bisa dan sanggup untuk melakukannya.
- semua orang mungkin bisa menjadi pengajar, tapi tidak semua orang mampu menjadi seorang pendidik -
Dulu saya tidak pernah terpikir sedikitpun akan menjadi seorang guru, saya lebih tertarik untuk menjadi dokter, pengusaha atau arsitek, buat saya guru itu bukan profesi yang menjanjikan untuk karir dan masa depan (haha..) tapi seiring waktu berjalan nyatanya saya jadi merasa nyaman dan mulai jatuh cinta dengan profesi ini. Saya pernah nonton acara talkshow yang waktu itu bertema tentang pendidikan di Indonesia yang membuat saya terinspirasi dan termotivasi untuk jadi guru yang baik, narasumbernya pernah berkata bahwa bagi dirinya menjadi guru itu panggilan dan pengabdian bukan pekerjaan, karena dia tidak mengharapkan mendapat imbalan berupa materi dari hasil dia mengajar murid-muridnya itu, tapi lebih pada wujud pengabdiannya dan partisipasinya untuk mewujudkan cita-cita mencerdaskan kehidupan bangsanya. subhanallah, bikin speechless dengernya..tapi sekaligus miris. Guru yang peran dan jasanya besar buat kehidupan bangsa, tapi jasa-jasanya itu miskin apresiasi dan penghargaan atas jasanya tidak sebanding dengan berat tanggung jawabnya. Saya jadi teringat, ada yang bilang:
kalau mau kaya secara finansial jangan jadi guru, jadilah politisi atau jadi pengusaha, tapi kalau mau kaya hati jadilah seorang guru
Terserahlah, no matter what they say..buat saya guru itu profesi mulia, masalah nanti penghasilannya kecil bukan jadi soal, toh kalau kita melakukannya total sepenuh hati dan ikhlas, uang seberapapun besarnya tidak akan mampu menggantikan rasa puas dan bangga kita saat nanti melihat murid yang kita didik menjadi orang yang berhasil karena hasil didikan kita. Percaya atau tidak, ada kepuasan tersendiri saat melihat anak didik kita semangat belajar dan antusias mengikuti kegiatan pembelajaran, dan ada rasa sedih yang tiba-tiba muncul kalau melihat anak didik kita semangat belajarnya kurang atau saat anak didik kita mendapat nilai yang jelek saat ujian.
Dulu saya ingin jadi dokter, tapi sekarang saya ingin nanti bisa mengantar anak didik saya untuk menjadi seorang dokter, amin. Kalau dulu saya canggung dan cenderung tidak suka kalau dipanggil ibu guru, sekarang saya mulai menikmati dan rindu mendengar sapaan riuh 'ibu,,' dari mulut kecil mereka sambil berebut mencium tangan saya.Yuph,,saya menikmati dan akan selalu merindukan hal-hal itu..I love being a teacher (wanna be..)
-ela-